Selasa, 15 Desember 2009

It's all about love

“Aku ditigakan”, begitu kata teman saya……, “What??”….kaget saya mendengar perkataannya. Kalo diduakan masih akrab ditelinga saya ya…., tapi ditigakan? Jarang terbayangkan. Saya jadi inget awal2 mereka jadian, saya bilang ke temen saya itu (putri)…..”Sepertinya kalian akan bertahan lama”. Dukungan itu saya anggep cukup logis karena sepertinya mereka berdua benar2 sangat saling mencintai melebihi cerita2 hubungan sebelumnya, mengingat dalam kurun waktu singkat, teman saya itu sudah gonta-ganti pacar. Cantik, manis, ramah……, gambaran teman saya itu. Dan satu kabar yang sama sekali ga pernah terbayangkan lagi adalah perilaku kasar lelaki itu yang telah berani menampar teman saya itu. Sayangnya……, teman saya itu masih sangat cinta pada mantannya itu setelah apa yang terjadi. Bahkan fotonya dalam ukuran besar pun masih tertempel di dinding kamarnya……, “Dia punya sesuatu yang ga dimiliki oleh orang lain”. Ok….., saya memahami satu kebanggaan yang begitu besar pada diri si putri itu terhadap mantannya itu. “Tetapi, sepinter apapun lelaki itu, sedewasa apapun lelaki itu, sehebat apapun dia, apakah kamu akan memilih untuk mempertahankan dia? Kembali padanya? Setelah dia mentigakan kamu? Menampar kamu? Berbohong padamu? Ayolah, kamu terlalu berharga untuk ndapetin lelaki seperti dia. Kamu ga pantes buat dia”. Dia tersenyum ragu, tidak menjawab pertanyaan saya, tapi malah mengatakan bahwa teman-teman dekatnya sedang gigih2nya membuatnya melupakan mantannya itu. Maka advice terakhir saya…., “Bagus…, tetaplah bersama mereka”……

----------------------------------------------------------------------------------

“Aku bermimpi dia tiga hari berturut-turut, aku jadi khawatir, aku pengin tahu kabar dia, aku bener2 khawatir, apakah dia masih hidup?” kata teman putri saya. Dia melanjutkan “Segala linkq ke dia buntu……, aku ga tahu lagi caraku mengetahui keberadaannya”. Tetapi kemarin, pacarku menemukan jurnal penelitian di tempat kuliah S1nya, dengan nama panjang peneliti persis namanya. “Nah…., itu, kamu bisa menghubungi redaksi jurnal itu, setidaknya, kamu bisa dapetin emailnya”. “Iya ya, kamu benar”. “Tapi buat apa pacarmu membantumu mencari dia?”, Tanya saya. “Dari semua cowok, pacarku merasa, dia adalah saingan terkuatnya. Aku mau menikah tahun ini, tapi aku juga ga tahu dengan siapa aku akan menikah……” (sebuah pernyataan jujur dari seorang wanita yang sedang menjalin komitmen dengan seseorang). Hmm…, dalam hati saya…., ada ya pacar sebaik itu?? Dan setelah melihat kebaikan pacar yg seperti itu, saya nggak habis pikir dengan segala upaya temen saya untuk terang-terangan bercerita ke pacarnya tentang pencarian sang calon suami, :). Lebih tepatnya, tidak hanya bercerita, karena ternyata temen saya dan pacarnya itu sama2 saling mendukung untuk menemukan calon suami dan calon istri bagi mereka masing2…..,:).

----------------------------------------------------------------------------------

“Bantu aku ya….., mau kan?”, pinta saya pada seorang teman. Teman saya tersenyum dan baru menjawab setelah dia memandang sesuatu yang sepertinya jauuuh dimana…., “Aku akan membantumu, kalau kamu memang mau melakukan ini untuk tujuan menikah”. “Iya….., aku mau menikah, tapi tidak sekarang, aku juga sangat menginginkan dia menjadi bagian dari hidupku, tapi aku tidak bisa menikah sekarang……”. “Kenapa tidak bisa?”, tanyanya. “Karena aku harus lulus dan bekerja dulu”, lirih saya katakan, mengingat suatu pesan dari ibu tercinta. Selang waktu berjalan……, kata saya pada teman saya, “Aku semakin takut kehilangan dia, aku mau bilang tentang perasaanku saja”….., teman saya hanya memandang saya tanpa berkata apapun.

----------------------------------------------------------------------------------

“Kurang apa lagi dia untuk jadi istriku, aq belum pernah menemukan akhwat seperti dia. Dia menolak lelaki yang menemui keluarganya hanya untukku. Tapi setelah ada hal seperti ini, restu ibuku yang belum juga kami dapat, kukatakan padanya untuk mencari laki-laki lain, akan kutunggu sampai dia menikah duluan sebelum aq, aq hanya ingin memastikan dia bahagia”.

----------------------------------------------------------------------------------

“Kamu takut kehilangan aq ya?”, tanyanya sambil menggoda saya…., kujawab “Iya…”. “Ridha, aq berkehendak padamu, mungkin kamu juga berkehendak padaku, tapi…, Allah juga punya kehendak”. Cinta yang proporsional, tidak berlebihan, begitulah ia membimbing saya untuk meluruskan persepsi saya tentang cinta. Kata-katanya, matanya saat mengucapkan kata-kata itu…, semuanya…. masih dengan sempurnanya terekam di ingatan saya.

**********************************************************************************

Pada termin terakhir ini, bukan kesimpulan yang tertulis, hanya kata-kata biasa, seperti kata-kata lainnya. Menurut saya, yang penting dalam cinta adalah bagaimana ‘mencintai’, bukan bagaimana ‘dicintai’, so, bersiaplah untuk memberi semua yang terbaik untuk mencapai hal-hal terbaik sebagai wujud mencintai, jangan pikirkan apakah kita juga akan dicintai oleh orang yang kita cintai. Segala sesuatu InsyaAllah ada balasannya kok, jadi, jangan takut untuk berbuat lebih, berbuat baik, percayalah Allah akan membalasnya,:), melalui atau tidak melalui orang yang kita cintai itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar