Rabu, 15 Juni 2011

Menghargai Kejujuran

***Tulisan blog edisi kali ini diterbitkan seijin penulisnya, sahabat baik saya, Ipam Fuaddina adam***

Kejujuran diungkapkan dalam peribahasa lama sebagai mata uang yang lebih bernilai daripada emas. Dan mungkin, kejujuran adalah salah satu nilai moral universal yang diterima dan dihargai oleh seluruh kebudayaan, melewati batas ruang dan rentang waktu. Kita semua menyenangi orang jujur, berteman dan bekerja bersama mereka. Sulit bagi kita menemukan orang yang suka dengan pembohong, penipu, dan label-label lainnya yang menunjukkan hilangnya atribut kejujuran pada diri seseorang. Jelas bahwa secara natural, manusia menyenangi sesuatu yang koheren, apa yang dia lihat sesuai dengan kenyataan riilnya, mekanisme ini didukung oleh kejujuran.

Kejujuran pada pengertian yang paling dasar adalah menyampaikan sesuatu apa adanya, menyampaikan keadaan yang sebenarnya, sesuai kenyataan. Dalam bahasa kekinian, kejujuran sering diungkapkan dengan istilah integritas. Kebalikan dari jujur adalah bohong, menipu, dusta, deceive, curang, memoles/memlintir/menutupi keadaan sebenarnya demi mendapat keuntungan sedangkan orang lain tidak menyadari atau kehilangan persepsi sehingga mengalami kerugian.

Sebagai seorang muslim, saya mendapati bahwa dalam agama Islam kejujuran dipandang dengan harga yang sangat tinggi. Nabi Muhammad S.A.W dijuluki al-Amin karena kejujuran sebagai sifat yang melekat dalam diri beliau, dan atas kesaksian pada pengakuan kejujuran beliau bahwa beliau adalah seorang utusan Tuhan, seseorang dikatakan muslim. Penghargaan pada kejujuran beliau adalah rasionalitas iman seorang muslim. Dalam agama Islam, penghargaan terhadap kejujuran juga dapat dilihat dalam tuntunan untuk senantiasa menjaga lisan dengan mengucapkan kebenaran meskipun pahit serta menjadikan jujur sebagai kebiasaan adalah salah satu jalan menuju surga. Al-quran juga secara tekstual menyebutkan bahwa kejujuran adalah salah satu karakter orang-orang beriman.

Islam melarang seseorang berbohong, menipu, berdusta bahkan ketika bercanda sekalipun. Dalam beberapa hadits shahih, dusta dan sumpah palsu dikategorikan sebagai satu dari tujuh dosa besar. Pada masa pengumpulan hadits dahulu kala, derajat mutu hadits dilihat dari kejujuran para perawinya, bukan dari matan (isi) haditsnya. Hingga sekarang, prinsip ini masih berlaku. padahal kita tahu bahwa hadits adalah sumber hukum pokok kedua setelah Al-quran. Kejujuran juga menjadi ruh dalam banyak aspek muamalah, misalnya : kesaksian pengadilan, jual beli, musyarokah, nikah, dll. Bisa kita lihat bahwa kejujuran adalah salah satu prinsip mendasar dalam Islam karena jangkauannya yang menyeluruh terhadap seluruh sendi-sendi agama.

Konsep kejujuran juga berlaku terhadap diri sendiri. Sering kali kita tidak menghiraukan suara hati, kita malah menafikannya dan lebih percaya pada nafsu dan ego. Ada sesuatu dalam diri kita yang coba dibohongi, dialah hati nurani, inner-self. Ada juga konsep jujur terhadap Tuhan, yang saya coba cocokkan dengan istilah Ihsan dalam Islam. Ihsan artinya kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah atau meyakini bahwa Allah melihat kita. Seandainya seorang muslim meyakini pandangan-Nya yang menyeluruh dan kehadiran-Nya yang selalu menyertai, maka bagaimana mungkin seorang muslim akan berbohong kepada Tuhannya? seluruh ibadahnya akan dilandasi dengan keihklasan dan kejujuran, inilah maqom yang oleh para ulama disebut sebagai tingkatan iman tertinggi.

Kejujuran juga dasar dan fondasi dari sikap amanah. tidak akan ada amanah tanpa kejujuran. Amanah adalah ketika pihak yang diberi kuasa menangani urusan berlaku jujur kepada pemilik urusan. Dalam dimensi yang lebih luas, kejujuran dan amanah adalah syarat mutlak bagi suatu sistem sosial untuk menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh individu-individu didalamnya. Pemimpin yang amanah dan jujur memungkinkan terciptanya public-trust. Pemerintahan yang jujur dan amanah memungkinkan terciptanya supremasi hukum, dimana efek selanjutnya adalah penegakan keadilan, suatu karakter civil society.

Sayangnya sekarang ini, konsep Indonesia sebagai civil society berbasis kejujuran nampaknya cuma sebatas utopia, fatamorgana gurun pasir. kejujuran dan amanah sudah terlalu murah karena ditukar menjadi lembaran rupiah. Korupsi, yang lahir dari sikap khianat karena tidak adanya amanah dan kejujuran, adalah lawan dari keadilan. Ini sangat ironi jika kita kontraskan dengan kenyataan bagaimana seharusnya muslim yang mayoritas di negara ini menghargai kejujuran, rasionalitas iman yang menjadikan kita disebut sebagai muslim.

Senin, 06 Juni 2011

Insensitive (Letto)

a silent move that we make
when we awake
oh no…

my conscience
come and going come and go


a troubled mind and twisted hand
we use everytime this everytime…

all the sentimental feeling
that sometimes makes our heart burning
we surrender to a strong desire
ignorant to the needs of other
.. little whisper of little voices
that calls when we make desperate choices
are we that oblivious?
so insensitive

… so many choices to be made
so little time to decide
so little guilt on our side