Senin, 02 November 2009

Vega

R 5667 JC, nomor plat motor vega r biru saya. Huruf di depannya – R – bukan berarti menyesuaikan huruf depan nama saya,:), tapi memang nomor kendaraan untuk daerah tempat tinggal saya (rumah) adalah R. Huruf C di belakang, semakin menunjukkan kalau motor itu adalah motornya orang Purbalingga, berbeda dengan purwokerto (R-A), Cilacap (R-B), atau Banjarnegara (R-D).
Desember 2009 besok, tepat vega biru saya berulang tahun yang kelima. Ah ya…., saya tidak punya nama panggilan khusus untuk motor saya itu, tidak seperti beberapa teman yang memberi nama untuk motor mereka,:). Biasanya…, saya hanya menyebutnya “vega-ku” atau “vega biruku”. Tidak mempunyai nama panggilan khusus bukan berarti saya tidak sayang lo ya sama motor saya itu,:).
Beberapa hal yang membuat saya merasa bersalah pada vega saya adalah: suka telat nyervis, lama ga mencucinya, dan menjatuhkannya. Dua yang pertama, masih saja jadi habit sampai sekarang. Kalau menjatuhkannya? Hmmmm, sepertinya terakhir kali jatuh bersamanya adalah Oktober 2006, tepat 2 hari sebelum ujian skripsi saya,:). Soal jatuh ini, mengingatkan saya pada dua bulan KKN (Juli-Agustus 2005). Dimana saat itu, saya bersama vega biru saya seriiiiiiiiiing sekali jatuh (mungkin teman2 pondokan saya sudah bosan melihat/mengetahui saya jatuh terus, hehe). Padahal, pertama kali saya membawa motor itu ke Yogya, yaitu Januari 2005, sampai bulan Juli, ada sekitar 5,5 bulan pra KKN, yang semestinya, saya sudah cukup mampu untuk bersahabat dengan vega saya (salah satu indikatornya:ga sering jatuh,:)). Tapi ternyata, hmmm, 5,5 bulan belum mampu menempa saya untuk menjadi supir yang baik bagi vega saya. Alasan sederhananya kenapa saya sering jatuh adalah, selama 5,5 bulan awal sebelum KKN, saya sering menjadi pembonceng vega saya, berbeda 180 derajat ketika KKN, yang menuntut saya untuk menjadi supir bagi vega saya. Ditambah dengan medan yang menuju pondokan saya tanahnya memiliki kontur yang sangat tidak rata, membuat saya yang baru awal2 nyetir merasa “cemas”, haha.
Sudah hampir 5 tahun saya ditemani oleh vega saya, apakah saya sudah menjadi pengendara motor yang handal? Haha, ga juga,:). Beberapa teman yang suka saya bonceng masih sangat bisa merasakan ga enaknya hentakan ketika polisi tidur saya tabrak begitu saja (ga pake ngerem,:)). Saya juga tidak mau mengebut. Dibonceng ngebut saja saya kadang suka nutup mata karena takut, apalagi nyetir ngebut, haduuuh, ga kebayang, buat apa si ngebut?? Hehe.
Vega saya merupakan sahabat yang setia mengantar saya berkeliling Yogya berjam-jam ketika saya merasa “sedang bermasalah”. Ya…, melupakan sejenak aktivitas-aktivitas apapun dengan mengitari Yogya tanpa tujuan yang jelas merupakan cara saya untuk beradaptasi dengan masalah. Maka vega saya merupakan teman bicara terbaik saya setelah Allah. Dia diam saja ketika saya bernyanyi saat saya mengendarainya. Dia juga tetap diam ketika saya menangis dalam posisi saya sedang nyetir. Dia juga tidak mengingatkan saya kalau saya mengendarainya sambil melamun. Diamnya itu saya artikan bahwa dia hanya akan mendengarkan saya, tidak mau memberikan nasihat, apalagi penghakiman. Dia membiarkan saya menemukan insight sendiri atas segala sesuatunya. (Vega, setelah Allah, yang tak pernah meninggalkan).

Minggu, 01 November 2009

Pagi

Pagi......., itu adalah kata pertama yang saya ucapkan dalam hati saya, pagi tadi, saat saya terbangun lebih telat dari pagi-pagi biasanya. Pagi juga merupakan waktu terbaik bagi diri saya untuk melakukan apapun.
Untuk pagi-pagi yang akan datang, saya berharap matahari akan senantiasa memberikan kehangatan bagi siapapun...... (Pagi dengan blog baru,^_^)